Harlah ke-8 Aisnu Jawa Tengah: Tingkatkan Kesadaran Santri Hindari Kekerasan Seksual di Dunia Pesantren

Jepara, 1 Februari 2024 – Ais Nusantara (AISNU) Jawa Tengah menggelar dialog interaktif dalam rangka memperingati hari lahir (harlah) ke-8 mereka. Kegiatan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Balekambang, Jepara, ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran santri dalam mencegah serta menghindari kekerasan seksual di lingkungan pesantren.

Acara diawali dengan sambutan dari Diqqi Alvin Hasan, selaku Koordinator Wilayah AISNU Jateng. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya pesantren yang aman dan ramah sehingga menjadi tempat belajar dan pengabdian santri secara maksimal.

“Kita tahu bahwa pesantren merupakan tempat pengabdian, khidmah, dan belajar serta pembentukan karakter santri. Oleh karena itu, pesantren harus menjadi ruang aman dan nyaman sekaligus ramah. Di sini kami (AISNU) ingin menjadi salah satu bagian yang peduli hal tersebut, sehingga penting gelaran acara “Santri Cerdas Trengginas sebagai bentuk khidmah AISNU dalam mengabdi untuk kemajuan bangsa, negara dan ummat” ujarnya.

Ning Ifatuddiana, yang mewakili pengasuh Pondok Pesantren selain Gus Rozin, turut apresiasi, berterima kasih, serta menjelaskan peran AISNU. Ia juga mengulas tentang kekerasan yang terjadi di pesantren serta perbedaan antara kekerasan dan ketegasan dalam lingkungan pesantren.

“Semoga setelah dialog interaktif ini, para santri lebih sadar dan paham apa itu kekerasan serta bagaimana penanganan yang tepat atas hal tersebut,” ungkapnya.

Agenda berbentuk talkshow dan berfokus pada pentingnya keberanian santri untuk bersuara serta menyampaikan keresahan mereka jika mengalami kekerasan seksual. Narasumber Hilyatul Aulia dari Jaringan KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) Jawa Barat, memberikan wawasan mengenai perspektif ulama perempuan dalam menangani kasus kekerasan seksual serta bagaimana pendekatan keagamaan dapat menjadi solusi yang tepat dalam melindungi santri.

Narasumber lain, Ning Niela Amalina Anwar dari Nawaning Nusantara, menyoroti pentingnya peran perempuan dalam membangun lingkungan pesantren yang aman dan bebas dari kekerasan. Ia menekankan bahwa pemahaman terhadap isu ini harus ditanamkan sejak dini agar santri dapat lebih waspada dan memahami hak-hak mereka.

Mba Arina Millataka, yang akrab dipanggil Mila dari AISNU Jateng, menyampaikan pentingnya gerakan santri untuk berani bersuara di media sosial sebagai salah satu bentuk pemberdayaan diri. “Santri harus berani menggunakan sosial media sebagai platform untuk menyuarakan hak-haknya dan memberikan edukasi tentang kekerasan seksual, dan semoga itu menjadi bagian dari dakwah santri,” ujarnya.

Selain itu, salah satu narasumber juga menegaskan pentingnya edukasi dalam mencegah kekerasan seksual. “Santri harus paham bahwa menjaga diri adalah bagian dari ajaran agama. Dengan pemahaman yang baik, mereka tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi sesama,” ungkapnya.

Dengan adanya gerakan Santri Cerdas Trengginas, Aisnu Jawa Tengah berharap dapat terus berkontribusi dalam menciptakan lingkungan pesantren yang lebih aman dan nyaman bagi para santri serta meningkatkan kesadaran akan pencegahan kekerasan seksual di kalangan mereka.

Similar Posts